Monday 7 December 2015

Menyalurkan kasih sayang kepada buah hati

Kasih sayang adalah bumbu yang paling penting dalam membentuk karakter seorang anak. Mereka hanya ingin diberikan kasih sayang yang lebih…………..
Apa jadinya ketika seorang Ibu/Ayah hanya memikiran kepentingan mereka sendiri tanpa memperdulikan anaknya…. Mungkin mereka belum siap untuk menjadi orang tua yang sebenarnya… ketika mereka mengatakan siap secara mental,fisik,serta materi apakah mereka telah memikiran tentang menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak mereka…. Sebenarnya itulah yang terpenting.
Satu pelajaran lagi yang ku petik hari ini bahwa menjadi seorang istri memang susah,tetapi menjadi seorang ibu itu lebih susah karena madrasah pertama bagi seorang anak adalah ibunya sendiri….
Apalah arti mengajarkan orang lain A dan B sedangkan anak-ananya terlantarkan,merasa terganggu ketika anaknya ingin tetap berada di pelukannya….
 Menganggap anak itu adalah beban,tidaklah pantas di sebut orang tua ketika mereka tidak tahu anaknya sedang menangis terseduh-seduh memanggil namanya… berharap yang menawarkan lengan adalah lengan yang ia sebutkan namanya……
Ironis…… serta kasihan ketika seorang ibu tidak bisa menjadi sahabat bagi anak-anaknya….
Ironis…. Ketika seorang ibu tidak tahu menahu akan sifat asli anaknya sendiri… pantaskah itu disebut sebagai orang tua….
Apa sulitnya memberikan mereka kasihsayang yang tulus…. aPa susahnya mengajak mereka bermain bersama… apa susahnya bertutur kata lembut di depannya…
Ini adalah pelajaran yang berharga yang harus saya fikirkan matang-matang,karena kelak jika Allah menghendaki aku akan berusaha menjadi madrasah pertama yang lebih baik untuk anak-anakku kelak

Cerita inspiratif Cobaan pertama



CATATAN NGATINI
Edisi : Cobaan pertama

                Beberapa hari yang lalu aku telah memutuskan untuk menutup aurat  secara syar’I, ada banyak perubahan termasuk dalam respon lingkungan, setiap kali aku bertemu dengan orang-orang yang mengenalku, mereka selalu memberikan  respon kaget yang bisa dibilang lebay.  Namun aku tidak pernah peduli dengan respon lingkungan tersebut karena bagiku menggunakan hijab syar’I adalah keputusan yang benar. Semakin hari hijab yang aku gunakan semakin mempengaruhi hari-hariku bahkan orang tuaku mulai menentang semua ideku, mereka melarangku berpakaian ala muslimah, karena mereka berfikir  gayaku bagaikan seorang teroris. Tetesan air mata membasahi setiap kelopak mataku sembari berfikir akan pilihan yang telah aku ambil. Resiko yang aku dapatkan tidak semudah kelihatannya aku hanya  bisa berdiam mendengarkan cibiran dari orang sekitarku bahwa aku adalah wanita yang sok jadi muslimah solehah. Bahkan saudaraku berkata bahwa aku akan menggunakan hijab hanya untuk sementara saja bukan untuk seterusnya. Mungkin inilah cobaan yang dimaksud oleh Fatimah, mungkin Allah telah menguji keseriusanku. Aku mulai bingung akan diriku, imanku serta kepercayaan diriku mulai redup bagaikan lilin tertiup angin yang amat kencang.
                Aku mulai berfikir untuk kembali kejalanku yang dulu,berfikir untuk melepas jilbabku, namun Fatimah berkata kepadaku “Allah SWT tidak akan memberikan cobaan kepada hambanya ketika hamba tersebut tidak mampu memikul cobaan tersebut, Allah SWT memberikan dirimu cobaan karena Allah tahu kalau kamu mampu. Ukhtifilllah ini adalah cobaan pertama yang harus kamu lalui, akan masih banyak lagi rintangan di depan sana yang jauh lebih berat dari hai ini. Ukhti Allah mempunyai maksud dalam  setiap kehidupan ini, Allah telah mengaturnya. Allah telah menguji keseriusan kamu berarti Allah telah menerima kamu sebagai calon muslimah yang solehah, namun Allah tidak mungkin lansung membiarkan kamu menduduki gelar solehah sebelum kamu melalui ujian-ujian untuk naik kelevel tertinggi. Semakin berat ujian yang kamu dapatkan maka semakin tinggi derajatmu di mata Allah SWT  asalkan kamu melalui semua cobaan tersebut dengan wajah ceria, hati ikhlas, dan selalu bersyukur kepadaNya.”
                Sekilas aku termenug berfikir akan kebenaran yang di ucapkan Fatimah, jika difikir Secara  logika, memang ada benarnya dalam pekerjaan maupun pendidikan semua butuh ujian untuk mendapatkan level tinggi. Bisa dipastikan bahwa Allah SWT benar-benar menguji keseriusanku dalam membela agamaNya. Maka tak pantaslah aku menyerah di jalan ini, Rasulullah SAW dan para sahabat dulu bahkan mendapatkan cobaan yang jauh diatas levelku tetapi mereka mampu melaluinya, sedangkan aku baru mendapatkan cobaan yang bisa dibilang tidak ada apa-apanya. Kenapa aku harus berhenti disini. Aku akan tetap lanjut apapun rintangan didepanku. Patutlah aku meneladani Nabiku karena dialah teladan yang sebaik-baiknya teladan. Maka aku teguhkan hati diatas terpaan ombak yang begitu deras dengan angin yang berusaha meredupkan cahayaku. Aku harus bertahan untuk mendapatkan kedudukan di surga Allah SWT. Karena semua itu bukanlah sebuah fatamorgana yang semu. Melainkan kenyataan yang belum waktunya untuk aku  sentuh dengan indraku yang serba terbatas ini. Karena aku hanyalah segumpal danging yang diberikan kelebihan akal untuk mencari dan melihat kebenaran yang sesungguhnya,  Dan aku memilih untuk tetap pada pendirianku.


“Dalam menentukan pilihan pasti akan selalu ada komentar  negative
yang datang dari orang-orang disekitarmu, karena kamu sedang berada
ditengah kegelapan, jadi berhentilah mengeluhkan kegelapan itu.
Sebab sinarmu yang sedang mereka nantikan, maka berkilaulah !”

About

Hetalia: Axis Powers - Taiwan