Monday 17 November 2014

Cerita Inspiratif perempuan Misterius



CATATAN NGATINI

Edisi:  Perempuan misterius

            Hari itu pukul 7 pagi, aku terbangun dalam tidur nyenyakku, pancaran sinar matahari menghiasi kamarku yang sempit, tumpukan buku-buku bekas membuat kamarku yang ukuran minimalis menjadi semakin terasa pengap. Aku  beranjak dari tempat tidurku yang tipis, wajahku tampak lusuh dan tak terurus, seperti biasa aku membasuh diri sebelum menyiapkan sarapan yang  selalu menemani pagiku,apalagi kalau bukan mie instan.
            Ngatini, itu nama yang selalu aku dengar dari teman-temanku mereka menggunakan nama itu untuk memanggilku. Nama itu sedikit unik karena kesannya sulit untuk di ingat. Umurku 19 tahun, tetapi setiap orang yang melihatku mereka selalu beranggapan umurku sudah 20an ke atas maklum saja karena aku memiliki wajah yang busa dibilang boros. Pagi ini aku tidak merencanakan apa-apa aku hanya ingin duduk sambil membaca buku yang masih berhamburan di dalam kamarku, tidak ada gairah untuk melangkah keluar. Seperti biasa aku hanya keluar rumah ketika berangkat ke kampus untuk kuliah, seperti itulah kesehariannku tanpa semangat dan juga gairah untuk beraktifitas.
            suatu hari, aku berangkat kekampus seperti biasa, dengan pakaian senyamannya yang aku gunakan. Aku berjalan menuju kampus perlahan seperti keong yang kelaparan, tiba-tiba duniaku terusik dengan keberadaan sorang perempuan berkerudung, dengan wajah anggun. Ketika memandangnya hati terasa tenang, raut wajahnya bagaikan cahaya rembulan yang memberikan kesejukan. Perhatianku disita olehnya, oleh seorang perempuan misterius dengan banyak keanehan didalamnya. rasa ingin tahuku memaksa kakiku untuk terus mengikuti langkahnya hingga aku tercegang mengetahui bahwa kami berada di fakultas yang sama di semester yang berbeda.
            “Ada yang special dari wanita tersebut, entah apa itu?aku harus mencari tahu” kataku dalam hati. Wanita itu terus membayangi kepalaku, tanda Tanya besar membanjiri kepalaku. Mengapa dia bisa begitu tenang,begitu tertata?, mengapa dia terlihat begitu damai?, wajahnya begitu cerah?, apakah itu karena kosmetik?, tetapi kenapa perasaanku begitu tentram ketika melihatnnya?. Begitu banyak pertanyaan. Keesokan harinya kami bertemu lagi, aku memberanikan diri untuk menyapanya dengan senyum dan bertanya mengenai namanya, “saya Iffah” jawabnya (dengan ramah).  aku terhanyut ketika mendengar suaranya yang begitu pelan dan lembut, Kesempurnaan bak menyelimuti seluruh jiwanya padahal wajahnya biasa-biasa saja, namun tutur kata dan sikapnya menutupi wajahnya yang standar itu. Aku tak tahan ingin dekat dengannya, aku ingi tahu rahasia  dibalik kesempurnaanya itu. Awalnya aku tidak menyangka bahwa dia akan menyambut sapaanku dengan ramah, melihat responnya yang positif antusiasku untuk mencari tahu tentang identitasnya semakin berkobar hingga aku memberanikan diri untuk bersilaturahmi kerumahnya, dia menyambutku dengan lembut sambil mempersilahkan aku masuk kedalam ruang pribadinya dan aku tercengang melihat koleksi buku-bukunya, sangat jauh berbeda dari buku bacaanku selama ini. Aku tidak bisa berkata apa-apa, di rak bukunya tersusun rapi setiap bacaan yang berat seperti fiqih shalat,fiqih wanita,keutamaan berhijab,sirah nabawi, dan masih banyak lagi. Lidahku tidak kuat untuk meminta sesuatu kepadanya, meminta sesuatu yang tidak pernah terlintas dibenakku selama 19 tahun aku hidup.
            “Iffah, kumohon ajari aku menjadi seorang wanita seperti dirimu!!” kataku dengan intonasi yang sedikit ragu. Jujur saja aku merasa gugup memintanya untuk  mengajarkan aku sesuatu yang lain dari kebiasaanku,aku juga takut apabila iffah beranggapan aku adalah orang yang sangat lancang. Namun tidak demikian, dia malah memberikan respon yang diluar nalarku, dia memegang tanganku dan berkata “Subhanallah, sungguh Allah telah memberikan petunjuk bagimu ukhti, semoga Allah memudahkan jalanmu menuju ridhaNya, Amiin” jelasnya. Raut wajahku berubah memerah, di telingaku itu adalah sebuah pujian yang amat tak ternilai harganya.
            Setelah hari itu hari-hariku perlahan mulai berubah, tiap hari aku memiliki target, dan aku mempunyai landasan untuk bertahan hidup. Dan dimulailah hidupku yang baru yang membawa aku menuju cahaya terang.


                                                                        ***



No comments:

Post a Comment

About

Hetalia: Axis Powers - Taiwan